TUGAS
2
HASIL
WAWANCARA KEWIRAUSAHAAN SEORANG PEDAGANG
DISUSUN OLEH:
Nama : Fitri Asmara Iasya
NPM :
32410827
Kelas : 4ID01
Dosen : Budi Hermana, DR
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2014
Kewirausahaan Pedagang Sepatu Kulit
Berbisnis tak melulu harus terencana
dengan sistematis. Namun ada beberapa pengusaha sukses menggeluti bisnisnya
berawal dari keisengan, misalnya bisnis U-See Shoes and Bag, milik Yusi
Barang-barang yang terbuat dari kulit,
biasanya memang lebih awet dari bahan lainnya. Terbukti, tas atau sepatu
berbahan dasar kulit harganya jauh lebih mahal. Ada harga, ada barang, begitu
katanya.
"Sepatu-sepatu dan tas-tas saya
terbuat dari kulit sapi, kulit ular, batik, kulit domba, kulit kambing,
pokoknya kulit ternak," kata si pemilik toko, Yusi (38) kepada detik financial pekan
lalu.
Menurut Yusi, barang-barang buatannya itu
memiliki kualitas yang terjamin keawetannya dibanding barang sejenis namun
imitasi. Sehingga tak heran, jika harga yang dibanderol tergolong mahal.
"Sepatu kulit jauh lebih awet dan nyaman. Beda kalau imitasi,"
katanya.
Untuk satu pasang sepatu kulit, Yusi
membanderol Rp 350.000 - Rp 2,5 juta. Sementara tas kulit, dia mematok harga
mulai dari Rp 600.000 - Rp 3 juta. Yusi memang hobi menggambar, kini Yusi
bersama 11 orang pegawainya bisa menjual sekitar 400 produk sebulan dengan omset
Rp 120 juta per bulannya.
"Awal-awal iseng beli selembar kulit
sapi, terus coba-coba gambar. Mungkin karena latar belakang keluarga saya
perajin sepatu di Solo. Jadi ya ketularan. Dari hasil hambar itu saya minta
embahku cariin tukang buat ngejahit. Pertama kali hanya terjual 40 pasang
sepatu sebulan. Lama-lama rame," paparnya.
Untuk modalnya, Yusi menghabiskan uang
sekitar Rp 30 - Rp 40 juta untuk sekali belanja. "Itu bisa untuk 3 bulan
lho (dalam 3 bulan ga belanja lagi). Selembar kulit harganya Rp 1 juta dengan
hitungan Rp 35 ribu - Rp 85 ribu per feet (1 feet= 28 cm). Kulit ular itu
disamak. Disamak pakai campuran bahan kimia. Desain 80 persen sendiri, 20
persen modifikasi. Produk jenis kulit print sama kulit ular piton yang paling
mahal," terangnya.
Usaha yang telah digelutinya hampir 2
tahun itu, bisa didapatkan di pameran-pameran fashion atau UKM. Rencananya,
tahun depan Yusi mencoba peruntungan untuk ekspor barang-barang buatannya ke
luar negeri, seperti Hongkong dan Australia. Rencananya 14 - 17 Januari 2013,
tokonya akan mejeng di pameran Hongkong World Designer Boutique.
"Rencana Januari tahun depan target
ekspor. Sekarang sih sudah dijual di Australia, nitip sama temenku yang ada
disana, kalau ada order saya kirim. 14-17 Januari ada pameran di Hongkong World
Designer Boutique," kata Yusi.
Kewirausahaan
Pedagang Sop Buntut
Satu porsi sop buntut Bu Leman yang ternyata
mampu membuat Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo untuk selalu datang mencicipinya
setiap kali berkunjung ke Kota Pekalongan.
Kelezatan sop buntut Bu Leman ternyata mampu memikat
Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo untuk menjadi salah satu pelanggan tetap
di tempat tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Pemilik Rumah Makan Bu Leman, H
Sulaiman (65) yang mengaku telah mengelola tempat usahanya tersebut sejak tahun
1985 bersama isteri tercintanya, Hj Mina Fitri.
Menurutnya, H Bibit Waluyo beserta rombongan sering datang
berkunjung ke tempatnya guna menikmati menu andalan yang disajikan yakni sop
buntut. Selain itu, beberapa artis juga pernah berkunjung ke rumah makan
tersebut seperti Ivan Gunawan, Ruben Onshu dan Dorce Gamalama. "Tempat
saya telah beberapa kali kedatangan artis maupun para pejabat penting yang
tertarik untuk menikmati menu andalan disini yakni sop buntut," bebernya.
Kelezatan sop buntut Rumah Makan Bu Leman terlihat dari
sajian daging sapi yang dimasak dengan bumbu-bumbu dapur yang dituang ke dalam
kuah bening. Namun penyajian juga bisa dinikmati kedalam cara yang lain karena
terdapat dua menu sop buntut yakni sop buntut kuah dan sop buntut goreng. Satu
porsi sop buntut kuah Bu Leman bisa dinikmati dengan harga Rp 28 ribu sedangkan
sop buntut goreng Rp 33 ribu. "Untuk sop buntut goreng, daging digoreng
dan dituang ke dalam mangkok yang berbeda dengan kuahnya. Para pengunjung bisa
memilih berdasarkan selera masing-masing," katanya.
Selain sop buntut, sebenarnya Rumah Makan Bu Leman juga
menyediakan menu lainnya seperti iga bakar, ayam goreng, sayur asem dan sop
ayam. Usaha rumah makan Bu Leman, telah dirintis dari berdagang kecil-kecilan
dengan menggunakan gerobak di sebelah terminal. Namun karena terus menerus
mengalami perkembangan maka pada tahun 2000 akhirnya berhasil menempati
bangunan di Jalan DR Wahidin 91D. "Tempat yang sekarang ini telah kami
tempati selama 12 tahun. Dibantu oleh salah seorang anak perempuan saya, saat
ini saya mengelola tempat ini. Empat orang anak saya yang lainnya bekerja di
berbagai tempat dan salah satunya di Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar