Rabu, 29 Januari 2014

HASIL WAWANCARA KEWIRAUSAHAAN SEORANG PEDAGANG

TUGAS 2
HASIL WAWANCARA KEWIRAUSAHAAN SEORANG PEDAGANG
Gunadarma 1
 







         
        DISUSUN OLEH:


Nama         : Fitri Asmara Iasya
NPM          : 32410827
Kelas          : 4ID01
Dosen         : Budi Hermana, DR




JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
Kewirausahaan Pedagang Sepatu Kulit
http://images.detik.com/content/2012/12/27/480/104239_sepatukulit2.jpg
Berbisnis tak melulu harus terencana dengan sistematis. Namun ada beberapa pengusaha sukses menggeluti bisnisnya berawal dari keisengan, misalnya bisnis U-See Shoes and Bag, milik Yusi
Barang-barang yang terbuat dari kulit, biasanya memang lebih awet dari bahan lainnya. Terbukti, tas atau sepatu berbahan dasar kulit harganya jauh lebih mahal. Ada harga, ada barang, begitu katanya.
"Sepatu-sepatu dan tas-tas saya terbuat dari kulit sapi, kulit ular, batik, kulit domba, kulit kambing, pokoknya kulit ternak," kata si pemilik toko, Yusi (38) kepada detik financial pekan lalu.
Menurut Yusi, barang-barang buatannya itu memiliki kualitas yang terjamin keawetannya dibanding barang sejenis namun imitasi. Sehingga tak heran, jika harga yang dibanderol tergolong mahal. "Sepatu kulit jauh lebih awet dan nyaman. Beda kalau imitasi," katanya.
Untuk satu pasang sepatu kulit, Yusi membanderol Rp 350.000 - Rp 2,5 juta. Sementara tas kulit, dia mematok harga mulai dari Rp 600.000 - Rp 3 juta. Yusi memang hobi menggambar, kini Yusi bersama 11 orang pegawainya bisa menjual sekitar 400 produk sebulan dengan omset Rp 120 juta per bulannya.
"Awal-awal iseng beli selembar kulit sapi, terus coba-coba gambar. Mungkin karena latar belakang keluarga saya perajin sepatu di Solo. Jadi ya ketularan. Dari hasil hambar itu saya minta embahku cariin tukang buat ngejahit. Pertama kali hanya terjual 40 pasang sepatu sebulan. Lama-lama rame," paparnya.
Untuk modalnya, Yusi menghabiskan uang sekitar Rp 30 - Rp 40 juta untuk sekali belanja. "Itu bisa untuk 3 bulan lho (dalam 3 bulan ga belanja lagi). Selembar kulit harganya Rp 1 juta dengan hitungan Rp 35 ribu - Rp 85 ribu per feet (1 feet= 28 cm). Kulit ular itu disamak. Disamak pakai campuran bahan kimia. Desain 80 persen sendiri, 20 persen modifikasi. Produk jenis kulit print sama kulit ular piton yang paling mahal," terangnya.
Usaha yang telah digelutinya hampir 2 tahun itu, bisa didapatkan di pameran-pameran fashion atau UKM. Rencananya, tahun depan Yusi mencoba peruntungan untuk ekspor barang-barang buatannya ke luar negeri, seperti Hongkong dan Australia. Rencananya 14 - 17 Januari 2013, tokonya akan mejeng di pameran Hongkong World Designer Boutique.
"Rencana Januari tahun depan target ekspor. Sekarang sih sudah dijual di Australia, nitip sama temenku yang ada disana, kalau ada order saya kirim. 14-17 Januari ada pameran di Hongkong World Designer Boutique," kata Yusi.
                                                             
Kewirausahaan Pedagang Sop Buntut
http://118.96.135.107/images/image/Umum/ft%20sop%20buntut%20bu%20leman.jpg
Satu porsi sop buntut Bu Leman yang ternyata mampu membuat Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo untuk selalu datang mencicipinya setiap kali berkunjung ke Kota Pekalongan.
Kelezatan sop buntut Bu Leman ternyata mampu memikat Gubernur Jawa Tengah, H Bibit Waluyo untuk menjadi salah satu pelanggan tetap di tempat tersebut. Hal itu diungkapkan oleh Pemilik Rumah Makan Bu Leman, H Sulaiman (65) yang mengaku telah mengelola tempat usahanya tersebut sejak tahun 1985 bersama isteri tercintanya, Hj Mina Fitri.
Menurutnya, H Bibit Waluyo beserta rombongan sering datang berkunjung ke tempatnya guna menikmati menu andalan yang disajikan yakni sop buntut. Selain itu, beberapa artis juga pernah berkunjung ke rumah makan tersebut seperti Ivan Gunawan, Ruben Onshu dan Dorce Gamalama. "Tempat saya telah beberapa kali kedatangan artis maupun para pejabat penting yang tertarik untuk menikmati menu andalan disini yakni sop buntut," bebernya.
Kelezatan sop buntut Rumah Makan Bu Leman terlihat dari sajian daging sapi yang dimasak dengan bumbu-bumbu dapur yang dituang ke dalam kuah bening. Namun penyajian juga bisa dinikmati kedalam cara yang lain karena terdapat dua menu sop buntut yakni sop buntut kuah dan sop buntut goreng. Satu porsi sop buntut kuah Bu Leman bisa dinikmati dengan harga Rp 28 ribu sedangkan sop buntut goreng Rp 33 ribu. "Untuk sop buntut goreng, daging digoreng dan dituang ke dalam mangkok yang berbeda dengan kuahnya. Para pengunjung bisa memilih berdasarkan selera masing-masing," katanya.

Selain sop buntut, sebenarnya Rumah Makan Bu Leman juga menyediakan menu lainnya seperti iga bakar, ayam goreng, sayur asem dan sop ayam. Usaha rumah makan Bu Leman, telah dirintis dari berdagang kecil-kecilan dengan menggunakan gerobak di sebelah terminal. Namun karena terus menerus mengalami perkembangan maka pada tahun 2000 akhirnya berhasil menempati bangunan di Jalan DR Wahidin 91D. "Tempat yang sekarang ini telah kami tempati selama 12 tahun. Dibantu oleh salah seorang anak perempuan saya, saat ini saya mengelola tempat ini. Empat orang anak saya yang lainnya bekerja di berbagai tempat dan salah satunya di Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar