TUGAS
1
TENTANG
KEWIRAUSAHAAN
DISUSUN OLEH:
Nama : Fitri Asmara Iasya
NPM :
32410827
Kelas : 4ID01
Dosen : Budi Hermana, DR
JURUSAN
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2014
I.
Pengertian
Kewirausahaan
Drucker (1985)
mengartikan kewirausahaan sebagai semangat, kemampuan, sikap dan perilaku
individu dalam menangani usaha (kegiatan) yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
Hisrich dan Brush (dalam Winardi, 2003)
menyatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda
nilainya dengan jalan mengorbankan waktu dan upaya yang diperlukan untuk
menanggung resiko finansial, psikologikal serta sosial dan menerima hasil-hasil
berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi sebagai dampak dari kegiatan
tersebut.
Kao (1997) mendefinisikan kewirausahaan
sebagai suatu proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi) dan/atau membuat
sesuatu yang berbeda (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan
individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Hal senada disampaikan oleh Schumpeter
(dalam Winardi, 2003) dengan menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sebuah
proses dan para wirausahawan adalah seorang inovator yang memanfaatkan proses
tersebut.
Harvey
Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup
kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Penrose
(1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam
sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Frank Knight (1921) :
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan
dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan
disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti
pengarahan dan pengawasan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah semangat, kemampuan dan
perilaku individu yang berani menanggung resiko, baik itu resiko finansial,
psikologikal, maupun sosial dalam melakukan suatu proses penciptaan sesuatu
yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada
(inovasi) dengan menerima hasil berupa imbalan moneter dan kepuasan pribadi.
II.
Ciri-Ciri
Wirausahawan
Bygrave
(dalam Ifham, 2002) mengemukakan beberapa ciri-ciri seorang
wirausahawan,
yaitu:
1.
Mimpi
(dreams), yakni memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut.
2.
Ketegasan
(decisiveness), yakni tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan
cepat.
3.
Pelaku
(doers), yakni melaksanakan secepat mungkin.
4.
Ketetapan
hati (determination), yakni komitmen total, pantang menyerah.
5.
Dedikasi
(dedication), yakni berdedikasi total, tidak kenal lelah.
6.
Kesetiaan
(devotion), yakni mencintai apa yang dikerjakan.
7.
Terperinci
(details), yakni menguasai rincian yang bersifat kritis.
8.
Nasib
(destiny), yakni bertanggungjawab atas nasib sendiri yang hendak dicapainya.
9.
Uang
(dollars), yakni kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran
sukses.
10.
Distribusi
(distributif), yakni mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada karyawan
kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.
III.
Aspek-Aspek
Kewirausahaan
Drucker
(1985) menguraikan aspek-aspek kewirausahaan, yaitu:
1.
Kemampuan
mengindera peluang usaha, yakni kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang
untuk mengadakan langkah-langkah perubahan menuju masa depan yang lebih baik.
2.
Percaya
diri dan mampu bersikap positif terhadap diri dan lingkungannya, yakni
berkeyakinan bahwa usaha yang dikelolanya akan berhasil.
3.
Berperilaku
memimpin, yaitu mampu mengarahkan, menggerakkan orang lain, dan
bertanggungjawab untuk meningkatkan usaha.
4.
Memiliki
inisiatif untuk menjadi kreatif dan inovatif, yaitu mempunyai prakarsa untuk
menciptakan produk/metode baru yang lebih baik mutu atau jumlahnya agar mampu
bersaing.
5.
Mampu
bekerja keras, yaitu memiliki daya juang yang tinggi, bekerja penuh energi,
tekun, tabah, melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tanpa mengenal putus
asa.
6.
Berpandangan
luas dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi pada masa yang akan
datang dan dapat memperkirakan hal-hal yang dapat terjadi sehingga langkah yang
diambil sudah dapat diperhitungkan.
7.
Berani
mengambil resiko, yaitu suka pada tantangan dan berani mengambil resiko walau
dalam situasi dan kondisi yang tidak menentu. Resiko yang dipilih tentunya dengan
perhitungan yang matang.
IV.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kewirausahaan
Menurut Hidayat (2000) faktor-faktor
yang mempengaruhi kewirausahaan, yaitu:
1.
Variabel
situasional
a.
Lama
studi.
Lama studi
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi S1.
b.
Status
kerja
Status kerja
adalah tingkat keterlibatan responden pada kegiatan-kegiatan yang memberikan pendapatan bagi dirinya, baik dalam status sebagai karyawan maupun pemilik
modal.
c.
Status
pernikahan
Status
pernikahan adalah tingkat konsekuensi ekonomis status pernikahan yang sedang
dialami oleh responden.
2.
Variabel
latar belakang
a.
Latar
belakang orang tua
Latar belakang
orang tua adalah tingkat keterlibatan lingkungan keluarga dalam aktivitas kewirausahaan. Pengalaman berusaha dapat diperoleh dari bimbingan sejak kecil
yang diberikan oleh orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan (Staw dalam
Riyanti, 2003).
b.
Usia
Pengertian usia
adalah usia kronologis dari subjek penelitian.
3. Variabel karakteristik kepribadian
a. Dorongan berprestasi
Dorongan
berprestasi mengacu pada preferensi terhadap tingkat kesulitan, standar
pencapaian, dan persistensi dalam proses pencapaian tujuan
b.
Kemandirian
Kemandirian
mengacu pada dua faktor, yaitu kemandirian emosional dan kemandirian ekonomis. Kemandirian emosional adalah tingkat kecenderungan individu untuk memutuskan
sendiri hal-hal yang bersifat penting bagi dirinya. Kemandirian ekonomis adalah
kemampuan individu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan ekonomis dirinya
sendiri.
c.
Toleransi pada perubahan
Toleransi pada perubahan mengacu kepada
tingkat kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan pada situasi kerja dan
situasi hubungan sosial. Individu cenderung untuk mencari atau membutuhkan
situasi-situasi baru untuk menjaga vitalitas dirinya. Menganggap perubahan
bukan sesuatu yang menakutkan atau mengancam, tetapi sesuatu yang menantang
atau sebuah peluang.
d.
Sikap
terhadap uang
Uang
adalah medium pertukaran (medium of exchange). Sikap terhadap uang merupakan
penerimaan individu terhadap uang sebagai medium dalam aktivitas-aktivitas
pertukaran, seperti transaksi ekonomi, dan transaksi sosial.
4.
Citra kewirausahaan
Citra
kewirausahaan merupakan konstruksi kognitif tentang kewirausahaan. Konstruksi
ini meliputi faktor-faktor: persepsi tentang sikap masyarakat terhadap
wirausaha, persepsi tentang potensial payoff dari dunia usaha dan konstruksi
realitas kewirausahaan.
5.
Conviction
and career preference
Conviction dan
career preference didefinisikan sebagai persepsi individu tentang kemampuan
dirinya untuk berhasil dalam bidang kewirausahaan. Konstruk ini meliputi
persepsi tentang tingkat kesulitan dalam memulai sebuah usaha dan sumber yang
potensial yang dimiliki.
6.
Lingkungan
universitas
Konstruk lingkungan universitas
maksudnya manifestasi dari konstruk dukungan sosial terhadap kewirausahaan.
Komponen dari dukungan universitas terhadap kewirausahaan meliputi: dukungan
informasional, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan
evaluatif.
7.
Niat
menjadi wirausaha
Niat menjadi wirausaha merujuk pada
rencana untuk membuka sebuah usaha dalam jangka pendek (1 tahun) dan jangka
panjang (5 tahun).
V.
Karakteristik Wirausahawan.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa
Wirausahawan mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang sama.
Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari kelas menengah dan menengah
bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke sembilan belas, Heillbroner
mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak dari orang tua yang
mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak kaya.
Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi
berada dari semua kelas. Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai
berikut :
1.
Keinginan
untuk berprestasi.
Penggerak psikologis utama yang memotivasi
Wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang biasanya
diidentifikasikan sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai
keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah
pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi
individu.
2.
Keinginan
untuk bertanggung jawab.
Wirausahawan menginginkan tanggung jawab
pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri
dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri
terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan melakukannya secara
berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi hasil-hasil.
3.
Preferensi
kepada resiko-resiko menengah.
Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka
memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi,
suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang
dipercaya bisa mereka penuhi.
4.
Persepsi
pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai
keberhasilan adalah kwalitas kepribadian Wirausahawan yang penting. Mereka
mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta
tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang
tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5.
Rangsangan
oleh umpan balik.
Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana
hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka
dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari
seberapa efektif usaha mereka.
6.
Aktifitas
enerjik.
Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh
lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan
mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.
Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk
terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan.
7.
Orientasi
ke masa depan.
Wirausahawan melakukan perencanaan dan
berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi
jauh di masa depan.
8.
Ketrampilan
dalam pengorganisasian.
Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam
organisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif
dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang
ahli bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9.
Sikap
terhadap uang.
Keuntungan finansial adalah nomor dua
dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang
uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian
dari kompetensi mereka.
VI.
Potensi Kewirausahaan.
Karakteristik Wirausahawan sukses dengan
semangat tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri.
1.
Kemampuan
inovatif.
Inovasi memerlukan pencarian kesempatan
baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan
barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada
dengan cara baru dan lebih baik.
2.
Toleransi
terhadap kemenduaan (ambiguity).
Ini berarti kemampuan untuk berhubungan
dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi. Karakteristik ini
berkaitan erat dengan proses inovatif.
3.
Keinginan
untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan keWirausahaan. Hal
ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal menyerah di
dalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
4.
Kemampuan
perencanaan realistis.
Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa
diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis. Tujuan ditetapkan sesuai
dengan tujuan dari Wirausahawan.
5.
Kepemimpinan
terorientasi pada tujuan.
Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang
mempunyai tujuan. Semangat yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan
tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka ke arah tujuan yang
ditetapkan.
6.
Obyektivitas.
Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan
pemikiran dan aktivitas keWirausahaannya dengan cara pragmatis. Wirausahawan
mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mempelajarinya dan menentukan arah tindakan
dengan cara-cara praktis.
7.
Tanggung
jawab pribadi.
Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi,
mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
8.
Kemampuan
beradaptasi.
Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh
kondisi yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, mereka tidak menyerah,
namun melihat situasi secara obyektif.
9.
Kemampuan
sebagai pengorganisasi dan administrator.
Wirausahawan mempunyai kemampuan
mengorganisasi dan administasi di dalam mengidentifikasi dan mengelompokkan
orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan. Mereka menghargai kompetensi dan
akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas dengan efisien.
Sosok kewirausahaan
yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah kualitas manusia yang semapan
mungkin, dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas kewirausahaan
yang terdiri dari empat lapisan yaitu :
1.
Sikap Mental
Sikap
mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam
keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi
budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi
merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban
masyarakat dari bangsa itu sendiri.
2.
Kepemimpinan.
Suatu
pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain
sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu
keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap
tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara
mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri
mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak
terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha.
Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim
Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo.
Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan
ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang. Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di
Amerika dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai
besi, seperti Rusia dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga
merangkul negara-negara yang sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh
negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan Iran. Akan tetapi
kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia, dan Daewoo
berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta diperhitungkan
dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa
a. Perilaku
Pemimpin
Perilaku
pemimpin menyangkut dua bidang utama :
Berorientasi
pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran. Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan
manusiawi. Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan
orientasi demikian cenderung menunjukan perilaku : Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai. Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,
mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi
pada tujuan. Berminat mencapai peningkatkan produktivitas.
Orientasi Orang Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung
akan menunjukan perilaku sebagai berikut : Menunjukan perhatian atas
terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika
timbul. Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai
alat produksi saja. Menunjukan pengertian dan rasa
hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan,
perasaan dan ide-ide karyawan. Mendirikan komunikasi timbal
balik dengan staf. Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk
meningkatkan prestasi karyawan. Mendelegasikan kekuasaan dan
tanggung jawab, serta mendorong inisiatif. Menciptakan suatu suasana
kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
b. Tindakan
Kepemimpinan
Saran-saran
berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan
: Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan,
ambil tindakan secepat mungkin. Upaya-upaya wirausahawan dapat
dilipat gandakan melalui bakat dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi
seorang pemimpin yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan
menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan
dan menyokong serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin. Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan
kepemimpinan wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya
meningkatkan kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah situasi dimana
kelemahan-kelemahan wirausahawan akan tampak. Seorang pemimpin yang baik
bersedia mengakui kesalahan-kesalahan dan mengubah rencana-rencana.
Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan selalu berubah dan
penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.
3.
Tata Laksana
Tata
laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya pengelolaan. Yang
perlu dimengerti disini adalah manajemen bukan semata-mata konsumsi para
manajer saja. Setiap orang perlu manajemen apapun status dan jabatan orang
tersebut. Bahkan ibu rumah tanggapun perlu manajemen untuk mengelola uang dapur
dan belanjaannya. Tata laksana merupakan metode atau serangkaian cara dan
prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi
setiap pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik dalam mutu serta tepat waktu
dalam penyerahannya. Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan
yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau kualitas, maka manajemen merupakan
pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap mental dan kepemimpinan berada
di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip ketrampilan teknis. Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat
universal dan semua orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak sekali
kasus yang membuktikan bahwa bila manajemen terabaikan, maka sebuah organisasi
akan menjadi kacau dan morat marit. Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bisa
dipastikan akan mengalami hambatan besar dalam perkembangannya. Oleh sebab itu,
setiap orang yang ingin memulai usaha harus mewaspadai aspek tata laksana
sedini mungkin. Mulailah kegiatan manajemen seketika pada saat perusahaan baru
saja dimulai, sekecil apapun ukurannya.
4.
Ketrampilan
Lapisan
terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah ketrampilan. Banyak pihak
berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa
diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya
tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya
seorang penjahit dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah
perusahaan pakaian jadi yang cukup besar. Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh,
ternyata keberhasilan-keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh
ketrampilan semata, melainkan lebih oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si
pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang menuntun dan membawanya ke jenjang
sukses.
Ada
tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun tidak untuk bisa
tampil sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang berkecukupan yaitu :
a. Memanfaatkan
ledership yang berasal dari diri sendiri.
b. Memanfaatkan
ledership orang lain.
c. Faktor
keberuntungan (luck atau hoki).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar